INFO BANDUNG RAYA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung mengumumkan bahwa fenomena supermoon yang terjadi malam ini, Kamis, 17 Oktober 2024, tidak akan langsung menyebabkan gelombang tinggi. Namun, Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Teguh Rahayu, mengingatkan bahwa kondisi langka saat bulan berada dekat dengan bumi ini dapat mempengaruhi tinggi muka laut.
“Supermoon dapat berdampak pada ombak menuju pantai, yang berpotensi merusak tanggul,” ujar Teguh melalui keterangan resmi, Kamis siang. Bulan purnama hari ini berada di posisi terdekat dengan bumi, atau perigee, yang akan terjadi pada pukul 07.45 WIB dengan jarak sekitar 357.172 kilometer.
Meskipun gelombang air saat ini sudah tinggi, Teguh menyatakan bahwa supermoon lebih berdampak pada kondisi pasang air laut. Gelombang tinggi tersebut juga dipicu oleh kecepatan angin yang mencapai 25 knot pada 17-18 Oktober 2024. Prediksi cuaca BMKG untuk periode 15-21 Oktober menunjukkan potensi angin kencang di selatan Pulau Jawa, yang dapat menyebabkan gelombang tinggi.
BMKG memperingatkan bahwa pola angin di Indonesia bagian utara bergerak dari selatan ke barat dengan kecepatan sekitar 4-20 knot, sementara di selatan bergerak dari timur ke tenggara dengan kecepatan 6-25 knot. Angin yang lebih kencang terpantau di Laut Natuna utara, Selat Sunda bagian selatan, perairan selatan Banten, dan perairan utara Lombok.
Gelombang laut diperkirakan akan mencapai tinggi antara 2,5-4 meter di Samudera Hindia selatan Jawa Barat, meliputi area seperti Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, dan Pangandaran, serta di perairan selatan Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Yogyakarta.
Avivah Yamani, penggiat astronomi dari komunitas Langit Selatan di Bandung, menambahkan bahwa bulan purnama akan terlihat di atas cakrawala sejak matahari terbenam hingga fajar. Ini merupakan kesempatan baik untuk mengamati bulan dan kawah-kawahnya. “Setelah fase purnama, bulan akan semakin larut dalam waktu terbitnya,” jelasnya.
Di jarak terdekatnya, piringan bulan akan tampak sedikit lebih besar dan lebih terang dibandingkan purnama biasa, meski perbedaan ini sulit dilihat dengan mata telanjang. (sumber:tekno.tempo)
(MIY)